Peresmian SMK Jalaluddin Wonosobo

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rikolo semono

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kirab panji

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Isih culun

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Ruang Kelas Jaman Doeloe

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 04 Mei 2015

Waduk Wadaslintang

Waduk Wadaslintang adalah waduk yang terletak di wilayah Kecamatan WadaslintangKabupaten WonosoboJawa Tengah,Indonesia. Waduk ini memiliki beberapa fungsi penting yang menopang kehidupan warga di sekitarnya. Beberapa fungsi utama Waduk Wadaslintang antara lain:
  1. Irigasi
  2. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
  3. Perikanan
  4. Pariwisata
  5. Mencegah banjir
  6. Penampung air
Waduk Wadaslintang terletak di bagian selatan wilayah Kecamatan Wadaslintang berbatasan dengan kecamatan Padureso diKabupaten Kebumen. Waduk ini menggunakan Kali Gede sebagai sumber air utamanya dengan beberapa anak sungai kecil lainnnya yang menyuplai air ke Waduk Wadaslintang. Dalam proses pembangunannya, Waduk Wadaslintang memakan beberapa desa sehingga mengharuskan warganya untuk berpindah tempat tinggal. Proses pembangunan waduk ini dilakukan dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto. Butuh waktu 7 tahun untuk membagun waduk wadaslintang, pembangunan dimulai pada tahun 1982 dan selesai pada tahun 1988. Waduk ini terkenal sebagai lokasi favorit untuk rekreasi memancing bagi para penggemar olah raga memancing. Biasanya pada akhir pekan dan hari libur, banyak pemancing baik dari dalam maupun luar kota yang mengunjungi waduk ini.

Sejarah Wonosobo

Berdasarkan cerita rakyat, pada awal abad ke-17 tersebutlah 3 orang pengelana masing-masing bernama Kyai Kolodete, Kyai Karim dan Kyai Walik, mulai merintis pemukiman yang diketahui saat ini bernama Wonosobo. Selanjutnya, Kyai Kolodete bermukim di Dataran Tinggi Dieng, Kyai Karim bermukim di daerah Kalibeber dan Kyai Walik bermukim di sekitar Kota Wonosobo sekarang.
Dikemudian hari, dikenal beberapa tokoh penguasa daerah Wonosobo seperti Tumenggung Kartowaseso sebagai penguasa daerah Wonosobo yang pusat kekuasaannya di Selomanik. Dikenal pula tokoh yang bernama Tumenggung Wiroduta sebagai penguasa Wonosobo yang pusat kekuasaannya di Pecekelan-Kalilusi, yang selanjutnya dipindahkan ke Ledok, Wonosobo, atau Plobangan saat ini.
Salah seorang cucu Kyai Karim juga disebut sebagai salah seorang penguasa Wonosobo. Cucu Kyai Karim tersebut dikenal sebagai Ki Singodewono yang telah mendapat hadiah suatu tempat di Selomerto dari Keraton Mataram serta diangkat sebagai penguasa daerah ini namanya diganti menjadi Tumenggung Jogonegoro. Pada masa ini pusat kekuasaan dipindahkan di Selomerto. Setelah meninggal dunia, Tumenggung Jogonegoro dimakamkan di desa Pakuncen.
Selanjutnya pada masa Perang Diponegoro ( 1825 - 1830 ) , Wonosobo merupakan salah satu basis pertahanan pasukan pendukung Diponegoro. Beberapa tokoh penting yang mendukung perjuangan Diponegoro adalah Imam Misbach atau kemudian dikenal sebagai Tumenggung Kertosinuwun, Mas Lurah atau Tumenggung Mangkunegaraan, Gajah Permodo dan Kyai Muhamad Ngarpah.
Dalam pertempuran melawan Belanda, Kyai Muhamad Ngarpah berhasil memperoleh kemenangan yang pertama. Atas keberhasilan itu, Pangeran Diponegoro memberikan nama kepada Kyai Muhamad Ngarpah dengan nama Tumenggung Setjonegoro. Selanjutnya Tumenggung Setjonegoro diangkat sebagai penguasa Ledok dengan gelar nama Tumenggung Setjonegoro.
Eksistensi kekuasaan Setjonegoro di daerah Ledok ini dapat dilihat lebih jauh dari berbagai sumber termasuk laporan Belanda yang dibuat setelah Perang Diponegoro berakhir. Disebutkan pula bahwa Setjonegoro adalah bupati yang memindahkan pusat kekuasaan dari Selomerto ke daerah Kota Wonosobo saat ini.
Dari hasil seminar Hari Jadi Wonosobo 28 April 1994, yang dihadiri oleh Tim Peneliti dari Fakultas Sastra UGM, Muspida, Sesepuh dan Pinisepuh Wonosobo termasuk yang ada di Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Pmpinan DPRD dan Pmpinan Komisi serta Instansi Pemerintah Wonosobo yang telah menyepakati Hari Jadi Wonosobo jatuh pada tanggal 24 Juli 1825.

PENERIMAAN PRAJA IPDN BAKAL DISERENTAKKAN DENGAN SNMPTN

JATINANGOR – Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) tengah memersiapkan diri menghadapi pencanangan perguruan tinggi di bawah Kementerian Dalam Negeri itu sebagai pusat pengembangan revolusi mental yang digagas Presiden Joko Widodo. Menurut Rektor IPDN Suhajar Diantoro, persiapan ditandai dengan penyusunan modul guna menambah materi pelajaran untuk menghasilkan praja sebagai biroktat yang mampu menghayati tugas sebagai pelayan masyarakat.
“Sekarang yang selalu disampaikan presiden, apakah rakyat merasa terlindungi. Ukuran negara bekerja atau tidak itu pada rakyat. Rakyat yang menilai apakah negara hadir atau tidak. Tugas kita pertama adalah melindungi negara. Nah sekarang kami sedang menyusun modul. Semoga minggu depan sudah semakin jelas modulnya,” ujar Suhajar, Minggu (3/5).
Mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Kepulauan Riau ini menambahkan, penyusunan modul itu merupakan bagian dari tahap pertama aplikasi revolusi mental. Sehingga, para praja yang akan diwisuda Juli mendatang benar-benar menghayati tanggung jawab untuk mewujudkan Nawacita.
Suhajar menambahkan, IPDN juga tengah membangun sistem online untuk penerimaan calon praja.  Menurut rencana, penerimaan praja tahun ini akan digelar bersamaan dengan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2015.
“Saya sudah sampaikan ke Mendagri, bahwa keinginan kami tes tertulis serentak dengan SMPTN, minggu kedua Juni. Kita saat ini juga telah berdiskusi dengan STT Telkom, Unpad yang telah berpengalaman melakukan penerimaan berbasis online,” katanya.
Menurut Suhajar, nantinya calon praja yang telah lolos ujian tulis juga akan melalui serangkaian ujian lain termasuk tes kesehatan. Sebab, katanya, untuk menjadi praja dibutuhkan fisik yang kuat agar dapat melayani masyarakat secara maksimal.
“Kita umumkan secara online pula siapa yang lulus. Itu sepenuhnya kita serahkan ke BKN (Badan Kepegawaian Negara, red). Setelah lulus ujian tertulis baru diperiksa kesehatan dengan RSAD, RSAL. Kemudian tes integritas dan kejujuran dari KPK bersamaan dengan tes psikologi. Terakhir wawancara,” ujarnya.

PERINGATAN HARDIKNAS DAN HARI OTONOMI DAERAH 2015, 2.000 PELAJAR WONOSOBO PENTASKAN ANGRUWAT


Sebuah tarian bertajuk Angruwat dipentaskan secara kolosal oleh 2.000 siswi pelajar SMP/MTs dan SMA/SMK se-Kabupaten Wonosobo, bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional 2015 di alun-alun Kota, Sabtu (2/5).  Tarian hasil karya Mulyani, seniwati sekaligus guru tari asli Wonosobo itu menjadi simbol  pembebasan dari belenggu kebodohan. “Gerakan melepas ikatan sampur yang dililitkan menyilang ke tubuh penari menyimbolkan pembebasan diri dari kebodohan”, urai Mulyani ketika ditemui seusai pementasan 2.000 penarinya.
Lebih lanjut, Mulyani juga menuturkan bahwa arti Angruwat berasal dari kata meruwat, sebuah kata yang juga identik dengan sarana pembebasan diri dari belenggu dosa. “Ruwat di sini lebih kepada upaya yang mengarah kepada peningkatan derajat pendidikan, sehingga setiap diri terbebas dari kebodohan”, jelas wanita murah senyum itu. Mulyani mengaku mengkreasikan tari tersebut dengan padu padan unsur tarian lengger asli Wonosobo. Para penari yang menjadi bagian dari pementasan kolosal adalah siswi SMP/MTs dan SMA/SMK dari sekitar 100 sekolah se-Kabupaten Wonosobo. “Setiap sekolah mengirim sekitar 10 sampai 40 siswi, dan mereka juga telah mengikuti latihan di sekolah masing-masing oleh guru pembimbing”, jelas Mulyani lebih lanjut. 
Pentas kolosal tari angruwat sendiri digelar seusai upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional, yang dipimpin oleh Rektor Universitas Tidar, Prof Dr Cahyo Yusup M.Pd. Dalam upacara yang diikuti ribuan pelajar dan dihadiri Bupati, Sekda beserta unsur Forkominda Kabupaten Wonosobo tersebut, Prof Cahyo meminta agar para pelajar Wonosobo tak mudah menyerah dalam menggapai ilmu demi teraihnya cita-cita mereka. “Setiap siswa harus mampu tampil sebagai pembelajar sepanjang hayat, yang senantiasa haus akan ilmu pengetahuan demi kemajuan diri”, tegas Cahyo.  Hal itu menurut Cahyo sangat penting dan tidak dapat ditawar lagi, mengingat saat ini kemajuan jaman menuntut setiap orang untuk menguasai ilmu dan teknologi.
Selain memperingati Hardiknas, upacara tersebut juga sekaligus menjadi momentum untuk merayakan 19 Tahun Otonomi Daerah (Otda). Hari Otda yang jatuh pada setiap tanggal 25 April, menurut Cahyo penting untuk diingat oleh seluruh komponen pemerintahan. “Tema peringatan Otda, yaitu menghadirkan pemerintahan daerah yang demokratis dan melayani masyarakat, harus dapat diimplementasikan dalam bentuk nyata berupa kinerja yang benar-benar berorintasi pada upaya mewujudkan masyarakat sejahtera dan mandiri”, tegas Cahyo.

Sumber : http://www.wonosobokab.go.id/